Bentara. Hadapi tantangan yang kian kompleks, anak usaha Pupuk Indonesia Grup gelar evaluasi kinerja melalui Focus Group Discussion (FGD) bidang produksi NPK di Ruang Pirus Hotel Grand Equator pada 17-18 Juli 2019. Kegiatan ini sekaligus ajang tukar pikiran, inovasi dan pengalaman di lingkungan Pupuk Indonesia Grup, khususnya berkaitan dengan proses operasi dan pemeliharaan peralatan pabrik NPK.

“Satu hal yang perlu didiskusikan yakni penyeragaman perhitungan logis dan struktur biaya perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) NPK, karena ada beberapa yang belum terstruktur dengan baik,” ujar Direktur Produksi Pupuk Kaltim Bagya Sugihartana, saat membuka kegiatan.

Dikatakan Bagya, era globalisasi saat ini menuntut setiap perusahaan berinovasi secara cepat agar mampu bertahan dan berkembang. Apalagi tantangan persaingan dunia usaha bidang pupuk dan petrokimia semakin ketat, sehingga butuh pencapaian kinerja yang tepat sasaran serta inovatif di berbagai bidang. Ditambah tuntutan pemangku kepentingan mengenai produk atau layanan, juga semakin tinggi dan beragam. “Semoga tantangan tahun ini dan mendatang bisa kita hadapi bersama, dengan mengevaluasi kinerja pada bidang produksi NPK di masing-masing Perusahaan,” harap Bagya.

Selain itu, seluruh anak perusahaan Pupuk Indonesia Grup kata Bagya, juga perlu berorientasi pada pembelajaran, agar dapat berinovasi secara maksimal untuk peningkatan reliability pabrik. Termasuk melakukan inovasi dan efisiensi, sebagai peluang agar mampu bersaing dalam hubungan bisnis yang kompetitif dan dinamis. “Sebab sumberdaya yang unggul menjadi faktor utama aktivitas bisnis, baik dari sisi SDM maupun lainnya,” tambah Bagya.

Staf Utama Direktorat Teknologi Pupuk Indonesia Edi Wibawa, menyebut pelaksanaan FGD awalnya lebih kepada pembahasan operasional dan keandalan pabrik NPK. Namun seiring perjalanan, persoalan pemeliharaan seperti mechanical justru mendominasi tiap pertemuan.

“Makanya operasional dan pemeliharaan dihadirkan pada FGD ini, agar segala permasalahan di bidang NPK bisa diatasi,” ucap Edi.

Salah satu persoalan bidang NPK yang tengah dihadapi Pupuk Indonesia Grup, ada pada faktor daya saing yang kurang bagus. Kondisi tersebut perlu disikapi bersama setiap Direktorat Produksi anak perusahaan, utamanya sisi keuangan, pemasaran dan unit produksi. Termasuk improvement serta pengalaman bidang NPK untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas produk.

“Untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya sharing knowledge antar anak perusahaan agar ke depan bisa menaikkan daya saing NPK,” pesan Edi Wibawa. (*)