Bentara. Tingkatkan mutu keinsinyuran di lingkungan perusahaan, Pupuk Kaltim jalin kerjasama Program Profesi Insinyur (PPI) dan nota kesepahaman bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Sulawesi Selatan. Penandatanganan kerjasama dilakukan Direktur Produksi Pupuk Kaltim Bagya Sugihartana, dengan Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) UMI Makassar Zakir Sabara, di Ruang Rajawali Kantor Pusat Pupuk Kaltim pada 13 Januari 2020.

Diungkapkan Bagya, kerjasama ini upaya Pupuk Kaltim meningkatkan profesionalitas tenaga insinyur perusahaan, dengan mengedepankan etika dan integritas serta mampu menjunjung tinggi kode etik profesi insinyur. Untuk itu, diperlukan peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan terkait profesi insinyur, yang merupakan salah satu dari 7 bidang keprofesian yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Kerjasama ini juga wujud kepatuhan Pupuk Kaltim terhadap Undang-undang nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran, yang mewajibkan profesi insinyur memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI) yang diperoleh melalui program PPI. Hal itu pun dikuatkan instruksi Direktur Utama Pupuk Kaltim Bakir Pasaman, yang mewajibkan seluruh insinyur di Pupuk Kaltim meningkatkan mutu keinsinyuran melalui program PPI, mulai Insinyur Profesional Pratama (IPP), Insinyur Profesional Madya (IPM) hingga Insinyur Profesional Utama (IPU).

“Dengan program PPI, standar kompetensi insinyur di Pupuk Kaltim diharap mampu menjawab kebutuhan sekaligus tantangan pembangunan di bidang teknologi, industri dan infrastruktur,” ujar Bagya.

Dekan FTI UMI Makassar Zakir Sabara, mengapresiasi Pupuk Kaltim yang mempercayakan pelaksanaan program PPI bagi tenaga profesi insinyur perusahaan di FTI UMI Makassar. Dikatakannya, program PPI FTI UMI merupakan program profesi insinyur pertama di Indonesia yang terakreditasi, pasca terbitnya UU nomor 11 tahun 2014. Selama 4 tahun terakhir, FTI UMI juga bekerjasama dengan berbagai Universitas ternama tanah air seperti ITB, ITS, UGM dan UI untuk pengajaran materi pada 4 program studi. Diantaranya teknik kimia, teknik industri, teknik pertambangan dan program profesi insinyur.

“Untuk Indonesia timur, teknik keinsinyuran FTI UMI Makassar adalah pionir, dengan jumlah lulusan saat ini mencapai 491 orang,” ujar Zakir Sabara.

Sedangkan kerjasama bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat antara Pupuk Kaltim dengan FTI UMI Makassar, pun diharap mampu mencetak lebih banyak tenaga insinyur profesional di Indonesia, dari saat ini hanya berkisar 15 ribu insinyur. Jumlah tersebut sangat jauh dibawah negara-negara ASEAN yang bahkan mencapai ratusan ribu tenaga insinyur profesional.

Terlebih FTI UMI tengah mempersiapkan diri sebagai Center Oleochemical di Indonesia timur, melalui metode pembelajaran per semester tentang oleochemical. Sehingga tenaga ahli dari Pupuk Kaltim bisa berbagai ilmu dengan mahasiswa FTI UMI, terkait tataran praktis dunia industri yang berkaitan dengan Oleocehmical.

“Dengan kerjasama bidang pendidikan ini kami harap tenaga ahli Pupuk Kaltim bisa dating, dan mendidik generasi muda kita di Indonesia timur menjadi insinyur profesional di bidangnya,” tambah Zakir.

Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Faizal Safa, yang hadir pada kesempatan itu mengatakan, kerjasama Pupuk Kaltim dengan FTI UMI Makassar sebagai gebrakan positif perusahaan melaksanakan UU nomor 11 tahun 2014, khususnya meregistrasi izin keinsinyuran tenaga professional yang dimiliki. Hal ini merupakan konsekuensi global karena seluruh negara mewajibkan insinyur tersertifikasi, karena jika hal itu tidak dipenuhi akan berujung pidana bagi pemegang profesi insinyur.

“Dalam UU disebutkan, yang tidak dipidana adalah insinyur yang memiliki STRI sebagai surat izin dan registrasi profesi keinsinyuran. Tugas PII hanya meregistrasi, sedangkan perguruan tinggi menjalankan mandat untuk mengakselerasi program tersebut bagi para insinyur,” papar Faizal.

Program profesi insinyur dinilai Faizal sangat penting, sebagai wujud kepatuhan atas panggilan negara bagi para insinyur, agar secara kolektif meregistrasi keahlian yang dimiliki. Bahkan Presiden RI Joko Widodo, pun mendorong STRI berjalan maksimal untuk mencetak 1 juta tenaga profesional keinsinyuran di Indonesia, dari saat ini hanya 3.000 insinyur tersertifikasi.

“Kerjasama UMI dan Pupuk Kaltim ini menjadi portofolio dan percontohan baru untuk melakukan percepatan program profesi insinyur. Sehingga kedepan bisa kita kloning di beberapa korporasi bersama perguruan tinggi lain di Indonesia,” pungkas Faizal.(*)